Senin, 08 Februari 2010

Senja Kala Itu

    Sore itu permainan basket baru saja selesai di selingi dengan kelelahan dan butiran peluh yang membasahi dua sahabat ini. Uh…capek banget Ric! keluh Kevin setelah kelelahan bermain. “Nih minum!” Eric memberikan sebotol minuman kepada Kevin. “Ric siapa tuh cewek ?”
Hah, yang mana?” Eric mencari-cari cewek yang dimaksud Kevin. Kevin menunjuk cewek tersebut. “Itu, eh dia malah lambaikan tangan lagi.” panik Kevin.“Oh itu namanya Ruri, dia tetangga gue” tukas Eric.
“Anak baru ?”
“Udah lama, dia kelas sepuluh satu.”
Ruri menghampiri Eric namun Kevin jadi salting, karena telah menunjuk Ruri. “Hai kak Eric” Sapanya lembut. “Gimana sekolah di sini?” tanya Eric basa-basi. “Enak kak teman-temannya asik. Kakak yang ini ada apa ya nunjuk saya?” “Ng..nggak ada apa-apa.” Kevin gugup menjawab. “Kenalin Ri, ini namanya Kevin” “Aku Ruri” Mereka bersalaman. “Kevin, nice to meet you.” Kevin berdehem sebelum mengucapkan nama. “Me too.” Senyum Ruri mengembang manis. Kevin melihatnya begitu terpesona. Dadanya berdebar seperti gulungan ombak damai nan sejuk. “Apakah ini cinta? ah, tidak.” Ia segera menepis perasaan yang berkecamuk di hatinya. “Sudah dulu ya kak, saya di tunggu teman di kantin.” Ruri pergi berlalu meniggalkan mereka berdua.
“Makanya Vin waktu MOS lo manfaatin dengan baik. Ruri anak lama, lo bilang anak baru.” ujar Eric. “Emang gue itu lo, MOS di jadiin ajang buat gebet para senior.” Kevin berkilah. “Hust bentar lagi Cassandra lewat tuh!” Eric menyikut lengan Kevin. “Terus apa urusannya sama gue?” “Ya lo sambut donk.” bujuk Eric. Cassandra lewat dan berhenti di depan Kevin. “Kevin capek ya, nih Sandra beliin minum.” Sandra menawarkan sebotol minuman. “ Enggak usah, makasih udah ada.” tolak Kevin, lalu berlalu meninggalkan kedua temannya.
“Eric, Kevin kenapa sih?”Cassandra penasaran dengan sikap Kevin. “Kenapa apanya maksud lo?” “Ya itu sikap dia yang selalu acuh sama cewek.” “Yah lo San, kayak belum pernah kenal dia aja, dia emang begitu sama setiap cewek”. Kecuali ditanya tentang pelajaran, baru dia oke-oke aja. papar Eric
- - - - - - - - - - - -
    Ponsel Eric berdering ketika sedang bermain PS.
“Kevin, ngapain lo telpon malam-malam? Eric mengangkat handphone dan menghentikan permainannya sebentar. Gue ke rumah lo sekarang ya, lo ada di rumah kan? “Iya, emangnya mau ngapain?” “Main aja, bt gue di rumah.”
Lima menit kemudian Kevin sudah berganti baju yang cukup simpel. Kemudian Kevin memanggil adiknya dan berjalan ke kamarnya yang tengah asyik menonton film.
“Vina… Kevina…” panggil Kevin dengan suara lembut. “Iya Kak, ada apa?” Kevina menoleh padanya. “Kakak mau ke rumah teman dulu, kamu di rumah sendiri gak apa-apa?” “Hayo… mau ngapain malam minggu begini ke rumah teman, atau mau ke rumah pacar ?” “Hus sembarangan, mau ke rumah Eric kok!” Kevin menoyor kepala adiknya. “Oia Kakak kan gak punya pacar. Yaudah sana pergi, nanti aku kasih tau Mama kalau dia pulang.” “Kakak pergi dulu ya, dadah!” kecupan hangat mendarat di pipi Kevina, membuatnya merasa sebal. “Ih ngapain sih kakak pake cium-cium aku?” Kevina cemberut dan mengusap pipi dengan tangannya. Lalu dibalas Kevin dengan kerlingan matanya. “Huh… dasar genit, tapi gak punya pacar.” ledek Kevina.
------------------------
    Melihat suasana malam yang jarang ia nikmati, karena Kevin juga jarang keluar malam. Sesampainya di blok rumah Eric tiba-tiba hujan turun deras. Ia berteduh di halte untuk memakai jas hujan. Ada seorang gadis berlari kecil datang ke halte. Dia lihat gadis itu ternyata Ruri. Mereka saling berpandangan dan menyapa. “ Ruri sedang apa?” Kevin memulai pembicaraan. “Aku abis beli alat tulis” jawabnya dengan terbata karna ia menggigil kedinginan. Melihat bajunya basah kuyup dan ia merengkuh tubuhnya sendiri, Kevin tidak ambil diam. Ia segera melepas jaketnya dan memakaikannya pada Ruri. “Makasih kak.” ucapnya. “Mau gue anter pulang?” Kevin menawarkan untuk mengantarnya pulang. “Gak usah kak nanti ngerepotin.” Kevin sudah siap dangan jas hujan di tubuhnya dan segera menaiki motor. “Ayolah…” ajaknya. Akhirnya Ruri menerima ajakan Kevin.
-----------------------------
“Eh datang juga lo!” ucap Eric melihat Kevin di ambang pintu kamarnya. “Iya tadi hujan lebat dan ketemu Ruri di halte, kasihan… gue anterin aja ke rumahnya.”
“What? Seorang Kevin nganterin cewek pulang?” Eric terperangah oleh sikap Kevin yang tidak biasa. “Ehm… pasti lo suka sama dia ya?” serbu Eric. “Eh, enggak kok!” Kevin berkilah. “Enggak gimana? Kok lo grogi gitu jawabnya, pake pegang leher belakang segala. Vin gue tuh bisa baca bahasa tubuh lo tau!” Eric berlagak. “Iya, gue suka sama dia” jujur Kevin. “Yaudah lo tembak aja!” usul Eric. “Usul lo boleh juga! Kapan waktu yang tepat?” tanya Kevin tak sabar. “Besok!” spontan Eric.
“Apa gak terlalu cepat?”
“Gue rasa Nggak!”
----------------------------------
   Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Kevin. Berbekal nekat dan penuh rasa percaya diri ia menyambangi taman kompleks rumah Ruri. Eric sudah menghubungi Ruri dan ia bersedia untuk datang.Ruri sudah datang terlebih dulu sebelum Kevin. Di komplek taman yang di penuhi bunga-bunga indah Ruri tampak cantik dengan kemeja lengan pendek santai dan rok motif kotak.
Dua puluh menit kemudian Kevin datang dengan tergesa-gesa. Membawa sebuket bunga, yang dia sendiri tak tahu bunga apa yang sedang di pegangnya. Ruri membuka pembicaraan karna sudah lama menunggu. “Sebenarnya ada apa kak? Tadi pagi Kak Eric telpon katanya…” belum sempat Ruri menyelesaikan pembicaraan dipotong Kevin. “ Iya, iya sorry telat. Aku kesini mau bilang Aku…Aku…ehmm…”
“Bilang apa Kak?” tanya Ruri tak sabar.
“Aku suka sama kamu Ri!” kalimat itu meluncur tulus dari bibir Kevin.
Sebuah kalimat yang baru pertama kali ia ucapakan kepada orang yang benar-benar di cintainya. Ruri menganga mendengar penuturannya. Ruri mematung seketika, sedangkan Kevin menunduk malu merona. “Kenapa diam aja Ri, kamu gak suka ya?” Kevin bertanya dan menegakkan kepalanya sedikit. “Nggak, aku kaget aja Kakak ngomong seperti itu.” imbuh Ruri. “Ehm, Aku bawa bunga untuk kamu.” Kevin menyerahkan bunga kepadanya. Ruri menahan tawa saat melihat bunga tersebut, namun Kevin menangkap semburat tawa Ruri. “Kamu kenapa ketawa?” tanya Kevin heran. “Eh gak apa-apa kok, Kak!” Ruri menerima bunga tersebut dan tak mau merusak kebahagiaan Kevin. “Jadi gimana, kamu terima gak?” tanya Kevin antusias. Sebuah anggukan kecil ditunjukkan Ruri kepada Kevin yang tengah menatapnya. “Ehm… kakak bawa setangkai bunga ini ya.” pinta Ruri pada Kevin. Kevin menerimanya dengan senyum innocent di wajahnya. Ruri berbisik dalam hati “Sepertinya dia memang tidak tahu bunga apa itu.”
Kevin bedecak bahagia tak terperi cinta pertamanya berjalan lancar. Berselang kemudian Kevin mengajak Ruri makan bersama lalu mengantarnya pulang.
-------------------------------
   Ketika Ruri sedang membuka laptop untuk mengetik tugas sekolahnya. Tiba-tiba hpnya berbunyi. Tertera di layar telepon dari Eric. Terdengar suara isak tangis dari sebrang.
“Halo Ruri, Kevin…Kevin…” Eric terputus-putus bicara.
“Iya Kak Kevin kenapa?” Ruri mengeraskan suaranya.
“Kevin kecelakaan… dia…dia meninggal dunia” lirih Eric.
Ruri tak percaya. Di biarkannya jatuh ponselnya di tempat tidur, tak kuasa ia membendung air mata yang mengalir lembut di pipinya. Terbayang kala senja itu Kevin menyatakan cinta padanya dengan membawa sebuket bunga kamboja.
“Ruri… Ruri…” panggil Eric di ujung telpon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar