Hari ini aku kembali di sudut ruangan. Menepi sendiri.
Hari ini baru baca 30 halaman novel yang judulnya "Fatima's Good Fortune" dan menyelesaikan dua tontonan film yang berbeda. Ice Age 4 "Continental Drift" & Perahu Kertas 2.
Ice Age seru sih, tapi kurang greget pas di ending, mungkin karena terlalu singkat. Ceritanya ringan... pesan moralnya juga dapet banget kok! ^^
Kalau Perahu Kertas ini... emang udah di niatin banget nontonnya. Hahaa.
Guess, what? My cheek flooding with the tears. xDD
Nyesel sih kenapa nggak namatin novelnya. Padahal punya PDF nya. Untuk orang seperti aku yang punya slogan "I Pledge to Read Printed Book" (mungkin ini sedikit lebay. xD) yah susah untuk menamatkan sebuah PDF. Ditambah lagi tebalnya halaman novel Perahu Kertas yang kalau dibaca lewat notebook, kepala akan terasa pening dan leher terasa pegal-pegal. Dan aku yakin banget novelnya pasti ribuan kali lebih bagus daripada filmnya.
Dan inilah catatan kecilku untuk film ini. Okeh, posting ini sempet tertunda selama beberapa minggu. Tapi masih tersimpan dalam draft. Bukan malas untuk menyelesaikan tapi sepertinya jenuh akan rutinitas yang jauh lebih prioritas :))
Perasaan itu datang dengan sendirinya di saat-saat meskipun hati belum siap menerimanya.
Ia datang begitu saja, berlabuh dalam riak-riak kecil memenuhi ruang hati.
Untuk dua insan yang memendam perasaan satu sama lain. Akan tetapi sungguh sulit untuk mengungkapnkannya. Hanya lewat tulisan dongeng-dongeng dari negeri Neptunus dan juga lukisan yang terinspirasi dari dongeng tersebut. Dua hal tersebut lah yang mengantarkan mereka untuk menginspirasi satu sama lain. Meskipun masing-masing dari mereka berdua telah memiliki pasangan.
Perasaan tersebut tak bisa dibohongi... dan jangan pernah membohongi perasaan sendiri
Sekuat apapun kamu memendamnya, sekuat apapun kamu membunuh perasaan itu, semakin kau tikam dengan tombak yang menghunus tajam atau benda apapun itu. Ia tetap muncul ke permukaan, mengambang di permukaan. Menyemai di relung hati. Seperti pupuk yang menyuburkan tanah serta menghiasi taman dengan bunga-bunga indahnya. Seperti imun yang menjaga kekebalan tubuh. Terjaga di dalam ruang tersempit nan bersih bernama "hati".
Kugy talks to Karel (her brother): Aku orang paling jahat sedunia, kak... Ada orang sebaik Remy, sesempurna Remy yang sayang banget sama aku... Tapi terus aku nggak bisa...
Kugy: Kamu tau, aku nggak bisa... aku nggak bisa... Apa perlu sepuluh tahun lagi, dua puluh tahun lagi aku sakit kayak gini setiap aku inget kamu... Aku nggak mau... Aku nggak bisa...
Keenan: Aku yakin kamu bisa... Aku yakin... Aku yakin kita bisa...
Di saat seperti ini, di saat cinta yang mencoba lari dari kenyataan dan tak mampu keluar dari sekat-sekat yang sudah terbentuk. Entah itu tak ingin menyakiti orang lain, atau mungkin juga mencoba lari dari hakikat kenyataan yang rumit untuk dihadaapi. Semuanya merupakan pilihan. Mengambilnya atau menyerahkannya pada cinta yang sesungguhnya. Bukankah cinta yang sesungguhnya itu justru "melepaskan"?
Terkadang hati kita itu terlalu sibuk menerka, berasumsi apakah dia menyukai kita atau tidak.
Apakah ada orang lain yang terluka karena kita, karena perasaan kita? Atau bahkan, kita belum tentu yakin apakah ini cinta atau hanya perasaan semu yang datang karena terbiasa, menyemai dalam relung jiwa. Kita terlalu lama berdiam diri, terpenjara dalam ruang praduga yang belum tentu benar adanya. Hati sibuk terusik, membisik dalam kebisuan yang mendalam. Sehingga muncul kesimpulan-kesimpulan tak berasas, tak berdasar yang mencuat ke permukaan. Hati memang selalu bicara, bahkan berteriak dalam rentetan kalimat yang panjang. Tapi itu semua hanya bersemayam dan tersembunyi dalam hati. Tak mampu terucap lewat torehan kata, hanya mampu dibendung dalam gundukan yang kian menggunung. Karena terlalu takut, karena acap kali takut akan kata yang tak konsisten dengan perbuatan. Hati itu sifatnya sensitif, rapuh, mudah tersinggung, mudah terjatuh dan terjerembab. Selain itu, hati kerap kali mudah berpindah, bertaut ke hati yang lain. Oleh sebab itu aku berfikir hati itu tidak persistent. Tidak stagnant.
Tetapi dari semua hal itu, yakinlah cinta akan berlabuh ke dermaganya sendiri. Hati selalu tahu kemana harus mendarat atau beranjak pergi. Melepas sauhnya dan mendaratkannya di dermaga pulau yang belum berpenghuni. Begitu mendarat, akan terdapat jejak kaki kecil yang terbentuk dari kaki-kaki yang melangkah, riuh rendah deburan ombak, semilir angin yang mendesau parau.
Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu kemana harus berlabuh.
“Dear Neptunus,
Aku mencintainya.
Didepannya aku menjadi
diriku sendiri.
Seperti airmu
yang selalu membawa semua
pesanku. Dia pun begitu,
membuatku hanyut oleh
sorot matanya.
Membuatku lupa, oleh
kesederhanaan suaranya.
Sampai aku tak bisa katakan
apa-apa padanya. Bahkan
untuk sekedar bilang…
rindu, atau butuh
banyak yang ga ngerti, lalu
terluka dan saling
menyalahkan. karena itu, aku
takut bicara tentang hati,
maka aku tuliskan saja lalu
kusimpan dan mungkin
kukirimkan ke… entah
kemana” Kugy - Perahu Kertas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar