Rabu, 19 Desember 2012

“I feel very lucky. Every opportunity can just slip away if we do not take it. I believe that an opportunity may not come around twice, so I will definitely snatch it,” --Maudy Ayunda

Jumat, 14 Desember 2012

What kind of reader are you?




1. Just For Fun. Pembaca buku yang satu ini baca buku hanya untuk seneng-seneng aja. Sebenernya dia tidak hobby, hanya mengisi waktu luang. Atau kalau ada paksaan baca buku untuk bikin tugas atau skripsi. karena buku yang mereka baca itu lebih karena ”butuh” daripada pengen. Nah, tipe pembaca 'Just for Fun' ini biasanya mereka tidak terlalu punya buku favorit. 
 
2. Kutu Buku. Biasanya kutu buku ini membaca semua buku karena emang pengen baca buku terus, dan juga butuh untuk selalu baca buku. Baca buku udah jadi hobby dan gaya hidup mereka. Kutu buku menghabiskan hampir separuh atau seluruh hidupnya untuk baca buku. Bagi mereka lebih mengasyikan duduk sendiri di perpustakaan/ menghabiskan waktu dg baca buku di rumah sambil daripada jalan2/ nonton tv. Tapi biasanya biarpun mereka pinter tapi mereka tdk begitu suka show off, karena kebanyakan dari mereka itu pendiam/ orang yang tenang. 

3. Show Off-ers. Peribahasa yang tepat untuk tipe pembaca ini adalah ”Jadilah seperti padi, makin berisi, makin merunduk” nih.. xD. Ciri-ciri show off-ers itu antara lain suka ngomong.. ”menurut Karl Max yahh... atau kalo teori Dependensia dan chaos bilang...  tipe Pembaca Show Offe-ers biasanya senang terlihat pintar & selalu berusaha dikagumi oleh orang lain. Mostly Show Off-ers juga pinter karena belajar dan mengikuti teori-teori dan cara berpikir orang lain yang dia baca. Terkadang mereka sulit membuat suatu pemikiran baru sendiri/ membuat suatu konsep yg baru. Makannya mereka lebih kayak orang copy-paste.

4. Pembaca buku yg membaca banyak buku, punya banyak referensi ketika mereka menulis / berdiskusi, tapi mereka selalu bs menempatkan diri. Mereka tahu kapan mereka harus ngomong ttg suatu teori, tapi dengan menambahkan argumentasi & opini mereka. Disebut ipe 'Whole Package'. Ketika mereka berbicara terasa kerendahan hatinya, tidak terlihat sombong/ malah mengintimidasi orang lain.

So, guys which reader are you?







Senin, 10 Desember 2012

Terkadang kita juga belajar menjadi anak kecil lagi, karena apa yang dipikirkan belum tentu penting buat hidup kita. Atau solusi untuk memecahkannya itu ternyata sederhana caranya tapi pikiran kita membuatnya menjadi kompleks :)

Minggu, 09 Desember 2012

Say No To Pacaran

‎#pacaran :

kenapa sih harus #pacaran?

-ada yang bilang, punya pacar perlu biar ada yang merhatiin..
itu ortu selama ini ngurusin dianggap apa ya :p

-ada juga yang bilang, #pacaran biar ada yang anterin ke sana kemari..
hihihi ini pacar apa tukang ojek :p

-buat yang alasan #pacaran biar semangat belajar..
menurut saya ini nggak adil banget untuk ortu kalian. kenapa?
berapa lama sih kenal pacar? apa yang aja yang sudah diberikan dia? bandingkan dengan kebersamaan dan apa yang sudah diberikan ortumu.

kebersamaan dengan ortu dan begitu banyak yang sudah mereka berikan. kenapa ortu nggak cukup menjadi motivasi belajar?

-atau pacaran perlu biar nggak seperti beli kucing dalam karung. kenyataannya, lama #pacaran nggak menjamin langgeng pernikahan.

-ada remaja yang jawab pas ditanya kenapa #pacaran.
mumpung ada yang mau, Mbak :p

-atau #pacaran karena gengsi. yang lain sudah punya pacar kok saya belum.
kesannya nggak laku :p

-satu hal, kualitas dirimu tidak ditentukan oleh apakah kamu punya pacar atau tidak.

-punya pacar itu ada resikonya... mood naik turun. kalau pacar nggak perhatian, nggak cantumin status relationship di FB or twitter :p

-resiko lain dari #pacaran siap-siap patah hati...
serius!

-jadi jangan #pacaran kalau nggak mau sakit hati, buang-buang waktu, air mata dan energi.

-#pacaran nggak mendekatkan ke pintu surga

-manfaatkan usia muda bukan untuk #pacaran dan galau :p. tapi gali potensi untuk berprestasi dan mewujudkan mimpi diri dan orang tua.

-terbukti: pada akhirnya cinta kasih ortu dan keluarga yang paling tulus. kenapa harus mencari yang belum tentu murni?

Sehebat apa si dia sehingga pantas mendapatkan air matamu? Jika dia meninggalkan, hapus duka. Bukan dia yang terbaik untukmu -buat dirimu berharga, jadi muslim dan muslimah yang multi fungsi, berdaya bagi keluarga, bangsa dan umat. waktu nggak terbuang untuk #pacaran.

-gunakan masa sebelum nikah untuk memperbaiki kualitas diri di hadapan-Nya. ingat, laki-laki baik untuk perempuan yang baik. bisa tanpa #pacaran.

-lalu benarkah #pacaran nggak ada positifnya sama sekali? well, layakkah menempuh hal yang dilarang-Nya dengan alasan apapun?

dikutip dari Buku Twitografi Asma Nadia. semoga bermanfaat, guys!

No one knows who you are...

the truth is we don't really know who we are...

apa sih yang kalian tau tentang diri kalian? even you, yourself don't know about your own personality traits. Lately I'm seeking everyhing regarding about psychology. Ngomong-ngomong tentang psikologi, lupa deh kapan punya cita-cita jadi psikatris. Hahaa. Too many dreams, too many desires, want to be this, and want to be that.
Regarding my thesis related about psychoanalytic. I'd like to share something here...

Before I begin, lemme thank to the people who wake up my mind about this (psychology) the most importantly, Ms. Ruiss tercintahhhh dan Mam Indrani terkasihhh <3 comment-3--="">
Hahaa. My fellas who don't stop supporting me, Indra-Danang... Indra gave a full synopsis in detail, told me about what is the story about... and Danang always accompanies me around whenever I  ask to the lecturer. The awkward moment is when we pursuing Ms. Ruisah until she went down the elevator till the front of office >___^

(Ini high-pitched nya Changmin di Humanoids echoing banget. OMG!!)
Hahaa.. saya sedang mendengarkan Humanoidss... "Cause we are Humanoids............"

Currently, I'm having a thought that I'm such a boring person..
Probably it's just a thought about my surrounding one by one are leaving me behind. I feel like um, I'm not worth or something like that. And they come to me when they need something. OKAY, I gotta admit it is just a NEGATIVE thought! I think devil is whispering my ear and obsessing my mind. However, it seems OBVIOUS. We will never have such a thought if there's no something suspicious, right?

I miss being a little kid with no stress, worries, or care in the world.


PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Tulisan yang terbatas ini hanya memuat beberapa pembahasan mengenai aspek-aspek kejiwaan dalam pribadi seseorang yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari atau dalam latihan-latihan, karena latihan yang kita laksanakan berhubungan dengan manusia sebagai objek dengan membawa berbagai karakter, tipe kepribadian dan temperamen.

A.     Perasaan

Kerap kali kita melihat orang tampak gembira atau sedih. Gembira atau sedih ini adalah pernyataan-pernyataan perasaan. Perasaan itu menyatakan sesuatu tentang keadaan jiwa pada suatu saat. Ada rasa “suka dan tidak suka”.
Rasa suka adalah rasa yang menyenangkan : enak, ketenangan, keindahan, lezat, kebahagiaan dan sebagainya.  Rasa tidak suka adalah rasa yang tidak enak, tidak menyenangkan, dukacita, takut, khawatir, gelisah, kesedihan, kacau dan sebagainya.
Perasaan itu selalu bersifat perseorangan, selalu bersama-sama dengan gejala-gejala jiwa lainnya, seperti teringat sesuatu, frustasi, kecewa, bahagia dan lain lain. Perasaan biasanya menyatakan diri dengan tingkah laku dan dapat diselidiki dengan jalan ekstrospeksi dan introspeksi. Perasaan ada yang bersifat biologis dan rohaniyah. Perasaan biologis meliputi perasaan yang berhubungan dengan fungsi hidup jasmaniah (lapar, haus, letih, lesu dan lain-lain).
Perasaan rohaniyah meliputi ; perasaan intelek yang menyertai pekerjaan intelektual, perasaan estetis yang berhubungan dengan keindahan (termasuk hal-hal yang lucu), perasan etis yang berhubungan dengan perbuatan baik dan buruk, perasaan keagamaan yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa dimana kita ingat kepada Tuhan, perasan diri yang menyertai gambaran kita sendiri (positif dan negatif ; kompleks inferior/superior), perasaan sosial dalam hubungan kita dengan orang lain.
B.     Prasangka

Prasangka adalah predisposisi untuk memberikan penilaian yang diskriminatif terhadap pribadi atau kelompok tertentu. Menurut analisis transaksional, hal ini terjadi karena cara hidup yang kita peroleh dari pengalaman sejak kecil atau masa lalu menjadikan kita tidak dapat melihat keadaan sebenarnya dengan jelas.
Kita mempunyai harapan-harapan tertentu tentang orang lain –seringkali harapan yang bersifat negatif--, karena perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, agama atau perbedaan kelompok. Harapan-harapan demikian seringkali tidak diajarkan terus terang pada kita, tetapi diangkat dari pengamatan kita terhadap prasangka mereka yang berpengaruh pada masa kecil kita.
Ketika saya melakukan/memimpin sebuah pelatihan (Up-grading), seorang peserta wanita meminta waktu untuk berbicara dengan saya pada hari ke 2. Ia kelihatan sangat kikuk dan mengatakan kepada saya, bahwa ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Saya memberikan dorongan dan akhirnya ia mengatakan “saya merasa sangat malu ! ketika pertama kali anda masuk ruangan untuk memberikan materi, saya agak jengkel”. “Bayangkan, ketika saya memutuskan untuk ikut acara ini, saya akan dipimpin oleh seorang yang pemarah”, “akan tetapi saya merasa tertipu oleh prasangka saya, dan kini harus saya katakan kepada anda, bahwa anda adalah orang yang ramah dan suka humor dan materi yang anda berikan sangat berguna bagi saya”, “saya sangat malu karena waktu itu langsung mengira bahwa saya akan “ketakutan” dan tidak akan mendapatkan materi yang berguna, karena anda terlihat seperti seorang yang galak”.
Peserta wanita tersebut telah mempunyai prasangka yang bukan-bukan, tapi ia tidak bersikeras dengan prasangkanya, sehingga ia masih dapat berubah pandangan. Sayang sekali pada beberapa kasus, ada orang yang demikian kuat prasangkanya, sehingga tidak dapat mengubahnya, karena prasangka dapat mendistorsi persepsi kita tentang realita, maka prasangka merupakan hambatan yang besar dalam komunikasikita dengan orang lain. Menyadari prasangka kita sendiri biasanya sulit, karena kita selalu yakin akan kebenaran prasangka itu.
Adakalanya prasangka mampu membuat seseorang yang kurang percaya diri merasa lebih baik. Prasangka dapat membuat orang memandang rendah orang lain. Sesungguhnya hal demikian justru mempersulit upaya mengenali dan menghilangkan prasangka. Orang yang sangat dikuasai prasangka biasanya selalu merasa tidak aman dan bersifat kaku.
Mereka selalu mencoba mengatasi keraguan dan ketakutan mereka dengan merendahkan orang lain, melemparkan kesalahan pada orang lain, dan menganut faham yang dogmatis. Menyadari sifatnya tersebut, membuat kita tidak mudah marah terhadapnya. Orang yang demikian tidak akan menjadi baik bila dihadapi dengan sikap yang keras dan menuntut ; sebaiknya, mereka membutuhkan rasa aman dan tenang, sebelum mampu menghilangkan sikapnya yang kurang baik.
C.     Delusi

Delusi merupakan keyakinan semu yang sesungguhnya tidak benar, dan tidak dapat dikoreksi dengan pikiran sehat. Terdapat perbedaan antara delusi dengan kekeliruan yang adakalanya kita lakukan dalam menanggapi fakta-fakta, karena delusi ditimbulkan oleh berbagai perasaan negatif. Timbul delusi bila perasaan yang kuat mewarnai persepsi kita tentang dunia, diri kita atau orang lain. Mungkin kita masih ingat bagaimana seseorang merasa bahwa orang-orang menilai dirinya secara negatif.
Delusi menyudutkan kita untuk melakukan tindakan yang mengacaukan situasi. Kita bertindak berdasarkan persepsi salah yang membuat kita membayangkan respons negatif dari orang lain, karena itu mungkin sekali kita justru mendapat reaksi seperti yang dibayangkan sehingga menguatkan rasa takut kita.
D.    Atribusi

Kita semua mencoba memahami pengalaman-pengalaman kita, kemudian berupaya agar pengalaman-pengalaman tersebut bermakna, dan menafsirkannya. Atribusi, beberapa alasan yang kita gunakan untuk menerangkan pengalaman-pengalaman kita biasanya mengacu pada beberapa ciri khusus seseorang (dari kita sendiri dan orang lain) atau pada keadaan sekitarnya. Atribusi yang kita miliki membantu pembentukan khayalan kita yang terarah.
Tina mempunyai berat badan yang berlebihan. Ia takut orang tidak menyukainya, oleh karena itu ia menghindari pertemuan-pertemuan di masyarakat. Ia mengkambinghitamkan kegemukannya sebagai penyebab kesulitan-kesulitannya. Bila ia tidak mengurangi berat badannya, ia akan terus saja berkeyakinan bahwa semua masalah yang diambilnya dapat teratasi bila berat badannya turun.
E.     Disonansi Kognitif

Adakalanya pemahaman kita terganggu, sehingga menyulitkan kita. Kita juga merasakan disonansi kognitif bila sikap dan tingkah laku kita tidak serasi. Disonansi kognitif terjadi bila kehidupan psikologis kita tidak harmonis.
Eman adalah seorang perokok berat, ketika bermunculan himbauan-himbauan tentang bahaya merokok bagi kesehatan, ia selalu mengatakan akan berhenti merokok. Tetapi kenyataannya tidak, dan ia tidak lagi berbicara tentang rencana menghentikan kebiasaan tersebut. Tampaknya ia tetap menikmati kebiasaan merokoknya. Suatu saat bila ia didesak tentang hal itu, iapun mengatakan bahwa ia sesungguhnya tahu dan harus berhenti merokok, tapi hidupnya kini sangat tertekan, sehingga ia tidakdapat berhenti merokok sekarang ini.
Ini menunjukkan bagaimana terjadinya disonansi kognitif. Keadaan tersebut bagi kita sesungguhnya tidak enak. Bila terjadi disonansi, ada sesuatu yang harus dilepas, atau ada ketidaksesuaian antara suatu keyakinan dengan keyakinan-keyakinan atau sikap yang penting. Bersikeras mempertahankan kedua-duanya, akan terasa sangat menyiksa. Pikiran Eman yang pertama adalah berhenti merokok, tetapi ia tidak sanggup melakukannya. Kemudian ia mengabaikan peringatan tentang kesehatan (menganggap bahwa peringatan tersebut bukan ditujukan kepadanya) dan ia dapat terus merokok dengan santai. Ketika ia diberitahu untuk memperhatikan peringatan-peringatan ini, ia meyakinkan dirinya bahwa nanti ia akan berhenti merokok, ia menggunakan beberapa cara disonansi kognitif untuk mengatakan hal itu.
Dua cara lain untuk menghadapi disonansi adalah dengan reaksi “anggur yang masam” dan “Jeruk yang manis”. Kita mencoba meyakinkan diri bahwa sebenarnya kita tidak menginginkan apa yang tidak dapat kita peroleh, atau bahwa kita menyenangi sesuatu yang tidak kita kehendaki tetapi kita tidak dapat melepaskannya. Kita juga dapat mengatasinya dengan mengusahakan persesuaian pendapat tentang keyakinan tertentu yang penting untuk memperkuat keyakinan kita yang kurang kokoh.
F.      Gaya Interpersonal

Gaya interpersonal berkaitan dengan cara kita memperlakukan orang lain dan perlakuan orang lain terhadap diri kita sesuai dengan yang kita harapkan. Orang dewasa seperti halnya anak-anak, berbeda caranya berkomunikasi dengan orang lain. Ada orang yang hanya sedikit memberikan andil bagi orang lain, tetapi banyak sekali yang mengharapkan dari andil orang lain. Ada orang yang memanfaatkan kemarahan yang meluap-luap untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau membisu atau menarik diri bila keadaan dirasakannya tidak menyenangkan. Ada pula yang mencoba mempermainkan atau “memanfaatkan” orang lain dan adapula yang sangat menghargai orang lain dan memperlakukannya sebagaimana mereka ingin diperlakukan. Seperti halnya gaya moral, kita mengikuti suatu cara tertentu dalam menuju kematangan hubungan pergaulan.
G.    Tahap Impulsif

Tina mempertimbangkan masalah-masalah moral hanya pada saat-saat ia menemui kesulitan. Tampaknya ia tidak mengerti bahwa orang membutuhkan peraturan-peraturan mengenai perilaku dalam kehidupan  bersama. Baginya, suatu perbuatan yang tercela hanyalah perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum, Tina hidup menurut impulsnya ; adakalanya ia mabuk-mabukan dan termasuk orang yang “bermurah hati” dalam kehidupan seksual.
Bila mengalami frustasi atau marah, Tina suka mengamuk. Ia memandang orang lain sebagai sumber masukan, dan menilai diri mereka dari seberapa banyak bantuan orang tersebut kepadanya. Dalam pandangannya yang terpusat pada diri sendiri itu, ia mengabaikan perasaan dan keinginan orang lain. Bila masalah interpersonal menjadi terlalu sulit, ia akan dengan serta merta melarikan diri dari keadaan, tidak berusaha memperbaiki dan mencarikan solusi dari permasalahan yang muncul tapi bahkan mengakhiri suatu hubungan interpersonal.
Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal"> 


As a conclusion,  mungkin itu hanyalah prasangka saja yang mendorong sehingga mengakibatkan segala emosional dan anxiety yang ada muncul dan terjadi ke dalam realita. Aneh, ya... saya sendiri yang mempunyai masalah tentang kejiwaan tapi saya menterapi dan mencoba mensugesti diri saya sendiri agar tidak lagi memikirkan hal-hal yang tidak begitu principal, berusaha untuk memiliki pikiran yang positif dan lebih dewasa dan lebih menghargai dan mencintai orang-orang di sekitar saya. um, love y'all! 

Awalnya gak tahu kalau disonansi kognitif itu mengambil contoh orang yang heavy smoker. It reminds me of someone who promise to quit smoke bit by bit. I think it's difficult for him to quit something that already being habit. I don't want to force him. So, just let him realize that smoke is unhealthy, harmful for his body, and it is only burning money. The most importantly, all we can do just let him be and accept him for who he is...

Rabu, 05 Desember 2012

Be grateful

Sebenarnya cerita ini cuma sekelebat pikiran yang terdampar di hulu tepian pembuluh otak saya. Ehm... aneh sekaligus anugerah sepertinya pas dapet ide pokok cerita ini. Daripada mubazir, terus lupa, jadi saya segera menuangkanya ke dalam bentu tulisan.
Nahh sedikit kesulitan karena tokoh karakternya cowok pula! Kalo pakai karakter cowok jadi main character masih suka kebawa perilakau cewek dalam tulisan.
Masa iya mau nulis "Pria itu mengerucutkan bibirnya..."
Pria, mengerucutkan bibir?!! Macam cewek alay yang lagi di foto aja >__<
Meski cerita ini sepertinya de javu, emmm... sedikit sama dengan cerpen yang saya buat waktu semester 4 in fullfilment for the subject "WRITING 4" entitled "Allah's Promises are Definite". Ya mungkin kesamaannya sama-sama menolong orang... dan percaya akan THE POWER OF SEDEKAH. Udah kayak ustd. Yusuf Mansyur belum? Jama'ah~ eh, salah yah.. itu mah jargonnya ustd. Nur Maulana...
Definitely, sepenggal cerita ini bisa jadi bahan pelajaran yang sangat berharga buat kita semua bagi yang suka belajar atau mengambil ibroh dari hal apapun, khususnya buat saya pribadi :)

Be thankful for every little thing in our life...
Whatever it is, even it is truly hard to accept, keep smiling!
Be thankful and count your blessings for what you have,
rather than what you want...
Look up into the sky, Allah is there for you...
Anywhere, anytime you want Him.
He always rise you up, cheer you up, put you up in the right position and in the right time.  

Ketika kamu dalam keadaan terpuruk, berusahalah untuk tidak mengeluh...
tapi lihat dari segi positif yang ada pada keterpurukan tersebut. Karena Allah tidak akan memberikan cobaan yang berat kecuali kamu bisa melampauinya. Karena Dia yakin kamu bisa, bisa, dan bisa! =D

Well, it's been a while haven't written any stories... a bit hard to string up the words..





Here it is...


"I haven’t even paid the tuition fee college and now my teaching schedule has been decreased!” keluhnya dalam hati. Tiba-tiba... bruk!

“Sod off!” umpat pria itu dengan british slang yang kasar saat keluar dari bookrags (toko buku bekas). Tubuhnya menubruk bocah kecil yang jatuh terduduk yang segera memunguti sekumpulan uang receh yang bertebaran di bahu jalan. Sorot mata yang pias nan teduh terpancar jelas di wajahnya. Pria itu masih bergeming  saat mendapati dirinya bertubrukan dengan bocah kecil tersebut. Setelah sepersekian detik mengamati, pria itu lalu membantu memunguti uang receh.

“Makasih ya, mas ganteng.” ucapnya polos dan senyumnya yang lebar seperti kue dorayaki. Pria itu mengernyitkan dahi ketika mendengar kata terakhir yang diucapkan bocah yang tengah berdiri dihadapannya dan sedang mengelap ingus dengan ujung lengan bajunya. Heran gue, padahal gue yang salah kok dia malah muji-muji gitu. Tapi bener sih, gue emang ganteng. Hahaa. Cadas nih anak singkong!

“Wah... habis ngamen ya?” Ia melihat kecrekan yang berada di genggaman mungil bocah itu.

“Sudah kumpul berapa duitnya?” sambar pria itu lagi. Ia mencoba mengingat uang receh yang berhasil ia punguti barusan. Kira-kira ada sekitar lima belas keping uang dua ratusan dan sisanya tiga koin uang lima ratusan. Hanya uang segitu... ia masih bisa tersenyum lebar? Pria itu lalu menggigit ujung bibirnya. Ia seperti berfikir keras kenapa dengan hanya uang yang tak seberapa... bocah kecil ini bisa tersenyum lebar tanpa beban. Sedangakan dirinya yang masih bisa kuliah, punya orang tua lengkap, dan pekerjaan menjadi guru part-timer ini masih saja suka mengeluh.

“Enggak tahu, aku belum ngitung... hehe....”  

“Ini mas yang ngajar di tempat les sana kan?” tanyanya sambil menunjuk tempat les yang dimaksud. Pria itu lalu mengangguk mantap.

“Kalau sudah besar nanti... aku pengen jadi mas. Bisa pinter bahasa inggris dan ngajarin murid-muridnya.” ujarnya polos dan masih sambil tersenyum simpul dengan dua lesung pipi yang bertengger manis disudut pipinya.

Urgh, how can you...? Kok dia tahu sih gue ngajar bahasa inggris? Tahu tempat les gue pula! Amazing child! Fortune-teller kali apa tuyul yang sedang berubah wujud?!!
Seakan membaca pikiran pria itu, bocah kecil dihadapannya berujar kembali “Aku sering liat mas keluar masuk situ... Terus juga pas nabrak tadi mas ngomong bahasa inggris kan yah? Berarti mas guru bahasa inggris...” katanya mencoba menebak tetapi tebakannya memang benar.

“Bisa... kamu pasti bisa... Everything is possible if you want to try and put so much effort. Karena kamu punya Allah.”

“Wah gawat! Ada yang datang! Sudah dulu ya mas...”

“Eh, mau kemana? Kok buru-buru?” Tiba-tiba dari arah kejauhan terdengar suara patroli mobil satpol pp yang sedang berpatroli menertibkan pedagang kaki lima dan anak jalanan. Bocah ingusan itu langsung berlari dengan cepat seperti dikejar anjing berliur yang mengejar flesh atau bone. Pria itu masih sempat mengejar tikus kecil itu dan menyelipkan sesuatu ke dalam saku celana usangnya.

Setelah jejak punggung bocah itu menghilang. Pria itu melanjutkan perjalanannya ke rumah dan terpekur. “Semoga ia selamat dalam lindungan-Mu, Ya Allah.” bisiknya dalam  hati.

Ketika ia menegakkan dagu dan melemparkan pandangan. Malang nasib yang harus diterima bocah kumal nan ingusan itu. Dengan penuh semangat sambil berdiri-diri dan bergoyang-goyang di atas mobil satpol pp bersama beberapa anak jalanan lainnya. Ia berteriak kencang, “Mas Ganteng... Everything is possible if you want to try and put so much effort. See you next time...” teriaknya masih dalam keadaan senyum sumringah sambil melambai-lambaikan uang lembaran seratus ribu ke arah pria yang menatapnya lesu dan penuh rasa haru. Pada saat itu juga tetesan bening embun jatuh  dari bendungan pelupuk matanya. Begitu hangat terasa... mengalir lembut di sudut wajah putihnya. Kata-kata yang barusan ia ucapkan padanya berhasil di ingat oleh anak itu dan mampu melafalkannya dengan fasih. Terlebih lagi kata-kata itu seperti tamparan keras untuknya.
Satu hal yang ia tidak mengerti. Mengapa ia memberikan uang kepada anak itu dengan jumlah yang tidak sedikit namun hatinya terasa sangat jauh lebih tenang. Rasa keluhan yang tadi mengendap dalam hatinya seperti meluap tak bersisa. Padahal sebenarnya ia perlu mengirit uang itu untuk biaya kuliah maupun biaya sehari-harinya. Mungkin itulah yang dinamakan nikmat bersedekah.

“Life is tough, man! You just gotta deal with it. Fabiayyi’alaa’irobbikuma tukadzdziban.... Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”