Rabu, 05 Desember 2012

Be grateful

Sebenarnya cerita ini cuma sekelebat pikiran yang terdampar di hulu tepian pembuluh otak saya. Ehm... aneh sekaligus anugerah sepertinya pas dapet ide pokok cerita ini. Daripada mubazir, terus lupa, jadi saya segera menuangkanya ke dalam bentu tulisan.
Nahh sedikit kesulitan karena tokoh karakternya cowok pula! Kalo pakai karakter cowok jadi main character masih suka kebawa perilakau cewek dalam tulisan.
Masa iya mau nulis "Pria itu mengerucutkan bibirnya..."
Pria, mengerucutkan bibir?!! Macam cewek alay yang lagi di foto aja >__<
Meski cerita ini sepertinya de javu, emmm... sedikit sama dengan cerpen yang saya buat waktu semester 4 in fullfilment for the subject "WRITING 4" entitled "Allah's Promises are Definite". Ya mungkin kesamaannya sama-sama menolong orang... dan percaya akan THE POWER OF SEDEKAH. Udah kayak ustd. Yusuf Mansyur belum? Jama'ah~ eh, salah yah.. itu mah jargonnya ustd. Nur Maulana...
Definitely, sepenggal cerita ini bisa jadi bahan pelajaran yang sangat berharga buat kita semua bagi yang suka belajar atau mengambil ibroh dari hal apapun, khususnya buat saya pribadi :)

Be thankful for every little thing in our life...
Whatever it is, even it is truly hard to accept, keep smiling!
Be thankful and count your blessings for what you have,
rather than what you want...
Look up into the sky, Allah is there for you...
Anywhere, anytime you want Him.
He always rise you up, cheer you up, put you up in the right position and in the right time.  

Ketika kamu dalam keadaan terpuruk, berusahalah untuk tidak mengeluh...
tapi lihat dari segi positif yang ada pada keterpurukan tersebut. Karena Allah tidak akan memberikan cobaan yang berat kecuali kamu bisa melampauinya. Karena Dia yakin kamu bisa, bisa, dan bisa! =D

Well, it's been a while haven't written any stories... a bit hard to string up the words..





Here it is...


"I haven’t even paid the tuition fee college and now my teaching schedule has been decreased!” keluhnya dalam hati. Tiba-tiba... bruk!

“Sod off!” umpat pria itu dengan british slang yang kasar saat keluar dari bookrags (toko buku bekas). Tubuhnya menubruk bocah kecil yang jatuh terduduk yang segera memunguti sekumpulan uang receh yang bertebaran di bahu jalan. Sorot mata yang pias nan teduh terpancar jelas di wajahnya. Pria itu masih bergeming  saat mendapati dirinya bertubrukan dengan bocah kecil tersebut. Setelah sepersekian detik mengamati, pria itu lalu membantu memunguti uang receh.

“Makasih ya, mas ganteng.” ucapnya polos dan senyumnya yang lebar seperti kue dorayaki. Pria itu mengernyitkan dahi ketika mendengar kata terakhir yang diucapkan bocah yang tengah berdiri dihadapannya dan sedang mengelap ingus dengan ujung lengan bajunya. Heran gue, padahal gue yang salah kok dia malah muji-muji gitu. Tapi bener sih, gue emang ganteng. Hahaa. Cadas nih anak singkong!

“Wah... habis ngamen ya?” Ia melihat kecrekan yang berada di genggaman mungil bocah itu.

“Sudah kumpul berapa duitnya?” sambar pria itu lagi. Ia mencoba mengingat uang receh yang berhasil ia punguti barusan. Kira-kira ada sekitar lima belas keping uang dua ratusan dan sisanya tiga koin uang lima ratusan. Hanya uang segitu... ia masih bisa tersenyum lebar? Pria itu lalu menggigit ujung bibirnya. Ia seperti berfikir keras kenapa dengan hanya uang yang tak seberapa... bocah kecil ini bisa tersenyum lebar tanpa beban. Sedangakan dirinya yang masih bisa kuliah, punya orang tua lengkap, dan pekerjaan menjadi guru part-timer ini masih saja suka mengeluh.

“Enggak tahu, aku belum ngitung... hehe....”  

“Ini mas yang ngajar di tempat les sana kan?” tanyanya sambil menunjuk tempat les yang dimaksud. Pria itu lalu mengangguk mantap.

“Kalau sudah besar nanti... aku pengen jadi mas. Bisa pinter bahasa inggris dan ngajarin murid-muridnya.” ujarnya polos dan masih sambil tersenyum simpul dengan dua lesung pipi yang bertengger manis disudut pipinya.

Urgh, how can you...? Kok dia tahu sih gue ngajar bahasa inggris? Tahu tempat les gue pula! Amazing child! Fortune-teller kali apa tuyul yang sedang berubah wujud?!!
Seakan membaca pikiran pria itu, bocah kecil dihadapannya berujar kembali “Aku sering liat mas keluar masuk situ... Terus juga pas nabrak tadi mas ngomong bahasa inggris kan yah? Berarti mas guru bahasa inggris...” katanya mencoba menebak tetapi tebakannya memang benar.

“Bisa... kamu pasti bisa... Everything is possible if you want to try and put so much effort. Karena kamu punya Allah.”

“Wah gawat! Ada yang datang! Sudah dulu ya mas...”

“Eh, mau kemana? Kok buru-buru?” Tiba-tiba dari arah kejauhan terdengar suara patroli mobil satpol pp yang sedang berpatroli menertibkan pedagang kaki lima dan anak jalanan. Bocah ingusan itu langsung berlari dengan cepat seperti dikejar anjing berliur yang mengejar flesh atau bone. Pria itu masih sempat mengejar tikus kecil itu dan menyelipkan sesuatu ke dalam saku celana usangnya.

Setelah jejak punggung bocah itu menghilang. Pria itu melanjutkan perjalanannya ke rumah dan terpekur. “Semoga ia selamat dalam lindungan-Mu, Ya Allah.” bisiknya dalam  hati.

Ketika ia menegakkan dagu dan melemparkan pandangan. Malang nasib yang harus diterima bocah kumal nan ingusan itu. Dengan penuh semangat sambil berdiri-diri dan bergoyang-goyang di atas mobil satpol pp bersama beberapa anak jalanan lainnya. Ia berteriak kencang, “Mas Ganteng... Everything is possible if you want to try and put so much effort. See you next time...” teriaknya masih dalam keadaan senyum sumringah sambil melambai-lambaikan uang lembaran seratus ribu ke arah pria yang menatapnya lesu dan penuh rasa haru. Pada saat itu juga tetesan bening embun jatuh  dari bendungan pelupuk matanya. Begitu hangat terasa... mengalir lembut di sudut wajah putihnya. Kata-kata yang barusan ia ucapkan padanya berhasil di ingat oleh anak itu dan mampu melafalkannya dengan fasih. Terlebih lagi kata-kata itu seperti tamparan keras untuknya.
Satu hal yang ia tidak mengerti. Mengapa ia memberikan uang kepada anak itu dengan jumlah yang tidak sedikit namun hatinya terasa sangat jauh lebih tenang. Rasa keluhan yang tadi mengendap dalam hatinya seperti meluap tak bersisa. Padahal sebenarnya ia perlu mengirit uang itu untuk biaya kuliah maupun biaya sehari-harinya. Mungkin itulah yang dinamakan nikmat bersedekah.

“Life is tough, man! You just gotta deal with it. Fabiayyi’alaa’irobbikuma tukadzdziban.... Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar