Jumat, 18 Januari 2013

Untitled Poem

As much as grain of the sand at the beach
As much as sweat and effort you reach
There will always a huge wave sweep the sands
There will always person tries to despise

Dark sky emerge when the rain streams down
All of the barrier do not ever put you to the ground
Allah gives you reassurance that...
Rainbow will rise up after the rain
With gleaming colorful removes the pain

Payung Hitam

Kemarin kita tertawa
Hari ini kita terbahak
Besok mungkin kita tersenyum
Lusa tak tahu apa yang 'kan terjadi?

Kini jam mengedikkan bahu
Hamparan awan hitam menggulung
Pucuk daun pepohonan merunduk
Detak nafas berhenti seketika

Bintang enggan muncul, begitupun purnama
Tak terduga waktu begitu hampa menghirup
Kali ini canda jadi luka, membekas di jiwa
Hanya tinggal kenangan tersisa di benak

Kita pulang dengan payung hitam di tangan
Musim dan bunga menua di usia senja
Larut dalam kedukaan, hening, dan...
Rintikan gerimis mengembun di dedaunan

Masihkah kau tanyakan lagi?
Rahasia Illahi yang terkunci rapat
Meski kita tak kan pernah tahu
Kita menepi di sudut merenung
Apa yang harus kita perbuat bila malaikat menjemput

Hening Ramadhan (090908)

Terketuk hati ini
Sasat hati sedih meratapi
Kita merenung, kita berpasrah
Mengharapkan hanya padanya

Kita bersujud, kita berdo'a
Hanyalah padamu Ya Rabb...
Kita berpijak di buminya
Tak sadar bahwa kita telah jauh dari-Nya

Kita tidak pernah bersyukur
Padahal Kau selalu memberi
Tanpakita pinta...
Tanpa kita inginkan...

Kau selalu memberi janji
Janji indah nan pasti
Tapi jiwa-jiwa ini lalai
Lalai akan titah-Mu

Terimalah jiwa-jiwa lalai
Yang mulai terpecut akan kesadaran
Satu langkah kita merangkak
Seribu langkah Allah merangkul memapah

Tipuan Semburat Langit

Terkenang dalam benak
Indah di jiwa sejenak
Mengapa terjadi seperti ini
Ku lalui apa yang terjadi

Walau bintang itu indah
Tapi tak menyemburatkan sinarnya di langit gelap
Indah bayangmu tampak semu
Terlanjur aku dalam terbangan debu

Herannya jiwa ini
Terlibat asa yang abu-abu
Di dalam dilatasi memori membayang
Terjebak dalam skenario yang masih mengambang

Penyesalan muncul membelakangi
Malaikat putih menertawai
Kembali ku bawa semua tanya
Tak dinyana tak ada sepatah jawab

Pagi Kala Itu

Tatkala matahari belum memuncak
Hembusan dingin masih menyergap
Menerbangkan helaian tubuh
Saat aku menuju sebuah gerbang

Belum sampai di gerbang
Musibah dang mencekam
Melenggangkan suatu tujuan
Hampir meninggalkan benang yang basah

Aku terhempas jauh
Di atas aspal hitam mengkilat
Mencium tanah
Terguling jatuh tak daya

Tak ada kata lain di benakku
Selain...
Di amuk keji sang petua
Tak dapat ku bendung derasan bendungan ini...


Aku yang tak pernah melihatnya menangis
Ketika ia beranjak belia, tak... tak pernah lagi..
Tak pernah lagi ada lelehan
Yang keluar dari kerasnya derita
Namun kali ini, ada nuansa bening di matanya

Tampak begitu menyesal kulihat dia
Pilu tak berdaya, menahan perih
Di sekujur tubuh, beban amarah, beban seorang adik yang bersamanya
Dan beban kerusakan tunggangan yang telah di rusaknya.

Siluet Senja

Ketika senja telah datang
Matahari pun mulai tenggelam
Kala hari mulai petang
Dan siang berganti malam

Lembayung senja pun datang
Menanti gelapnya malam
Namun biarkanlah...

Biarkan siang berganti malam
Biarlah hari menjadi petang
Sebab bintang dan rembulan akan datang
Jadikan malam terang
Hingga sang bintang terkecil menjelang

Dedaunan layu

Aku masih disini dengan segumpal perih di hati
Aku masih disini dibanjiri tangis tanpa henti
Aku masih disini berdiri lunglai dan menanti
Aku masih disini untuk menanti tersudut mati

Diam tanpa kata menari
Hati ngilu tak terperi
Ribuan amukan serta cela
Miliaran hinaan tiada hela

Akankah ini selamanya
Tiada sepatah jawabnya
Hanya onggokan dedaunan lara
Tertulis di hati menara

Ku coba untuk berdiam sepi
Sendiri untuk tertunduk menepi
Lewat bebintangan diatas langit
Sampai aku terjatuh di lubang parit

Tangan-Tangan Tuhan

Lewat tangan Tuhan aku bangkit
Lewat uluran-Nya aku merakit
Bersimpuh bersujud lima waktu
Kau rengkuh aku dalam keadaan tak tentu

Sebuah Perpisahan

Awan biru kali ini membentang
Namun terlalu cepat terentang
Indah panorama langit
Tak lagi menaungi ruang hati

Ada cerita di saat kita bersama
Meraih suatu asa
Memeluk suatu kejayaan
Hingga segalanya menyertai

Detik demi menit berlari
Meninggalkan masa-masa silam
Kenangan yang tak akan tergantikan
Oleh waktu dan apapun jua

Kucoba mengulang
Mengulang memori
Yang tak habis dibendung
Yang tak habis digulung

Kini senja menanti di depan
Andai saja ku bisa menarik kembali waktu
Tak kan ada senyuman yang menguraikan tangis
Tak kan ada kebahagiaan yang meninggalkan kesedihan

Ku bertanya pada hiasan langit
Bintang di gemerlap orion malam
Serta gumpalan awan menggunung
Tak dinyana tak ada sepatah jawab

Mengapa harus terjadi
Meski ku mengerti semua yang terjadi
Karena ini merupakan perjalanan
Ada pertemuan ada perpisahan

Kulihat senja turun di sanubari
Ku lihat lelehan embun dalam kalbu
Dan kini gerimis...
Hingga hujan punturun di pelupuk mata

Ku lambaikan tangan pada kenangan
Ku membalas dengan senyuman lirih
Dan kau pun bertanya seraya berpeluk
Inikah waktu yang tepat 'tuk berpisah?