Sabtu, 15 Juni 2013

Di sudut Senja

Mari kita duduk bersama
Di kala senja menjelang tiba
Ditemani minuman hangat
Tapi jangan kau seduh minuman itu

Itu pahit terasa, terlalu pahit bahkan
Karena aku tak ingin hambar semakin menyebar
Jangan pula kau seduh sampai mendidih
Cukup suam-suam kuku saja

Aku pilih coklat hangat, dengan dua block gula batu
Hanya dua block, agar tidak terlalu manis...
Aku tak begitu suka yang terlalu manis
Karena semakin manis, justru malah pahit dirasa

Ketika berbicara, kumohon jangan mengepalkan tangan
Cukup rileks dan biarkan jemari mu merekah
Jangan pula mengatupkan rahang, karena itu terlihat
Kau masih menyimpan selaksa amarah terpendam

Mari kita lenyapkan perasangka dan secercah luka
Disini, di tempat ini mari kita rangkai kembali
Akal dan pikiran yang sehat
Sambil menunggu hujan kita sejenak berehat

Biarkan gemuruh amarah itu terbawa derasnya buliran hujan
Hingga mengalir sampai tak tahu lagi kemana muaranya
Agar kita tak mampu lagi mengerang tajam
Aih, aku lupa... meski kali ini hujan turun...

Ku harap bening di sudut matamu juga jangan sampai menetes
Sungguh aku tak sampai hati melihatnya
Maka aku akan coba meredam semua yang hampir meluap
Asal kau janji jangan ada bayangan mengabut di sudut mata itu

Secercah asa, kita melihat ke depan...
Sambil mengembagkan sudut simpul di bibir
Biarkan yang pernah ada teronggok manis
Dengan untaian kata yang akan kita tulis, disini...

Kita?
Iya, kita...
Dimana kau akan menulisnya?
Apakah itu awan, kertas, atau di cawan kopi pekat yang sering kau teguk?

Tidak, tapi kau sendiri yang menuliskannya
Disini... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar